ContohPerilaku Persatuan dan Kesatuan di Lingkungan Masyarakat. Bergaul dengan warga masyarakat yang berbeda suku bangsa, agama serta asal daerah. Tidak membeda bedakan dalam memperlakukan tetangga sekitar. Mau menolong tetangga atau warga masyarakat yang alami kesusahan atau musibah. Saling berbagi dengan sesama warga masyarakat. Untukkeperluan identifikasi, di bawah ini akan disebutkan ciri-ciri yang menonjol dari masing-masing jenis anak berkebutuhan khusus tersebut. a. Tunanetra/anak yang mengalami gangguan penglihatan. 1.Tidak mampu melihat, 2.Tidak mampu mengenali orang pada jarak 6 meter, 3.Kerusakan nyata pada kedua bola mata, Globalisasimembawa masyarakat melakukan penyesuaian terhadap perubahan sosial budaya. Hal ini dapat dilihat dari minat masyarakat terhadap ilmu pengetahuan yang semakin besar. Teknologi yang dihasilkan sebagai aplikasi dari ilmu pengetahuan kemudian dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Pemanfaatan teknologi ini membawa banyak Tidakmengenakan perhiasan, aksesori, atau mengenakan barang-barang mahal supaya tidak terjadi kesenjangan sosial antar siswa di sekolah. Tidak membeda-bedakan teman. Tidak mengejek atau berlaku kasar pada teman. Tidak merundung teman baik secara fisik maupun verbal. Melakukan kegiatan piket sesuai jadwalnya. 1 Sebutkan perilaku positif memaknai Proklamasi Kemerdekaan Indonesia di lingkungan sekolah! Jawaban : Contoh perilaku postif meliputi rajin mengikuti upacara bendera, bergotong royong terhadap sesama apabila ada yang memerlukan bantuan, bertindak jujur saat ulangan, dan menghargai perbedaan, tidak egois terhadap teman. 2. Vay Nhanh Fast Money. Arti inklusif dan eksklusif perlu diketahui, karena kedua istilah tersebut merupakan istilah yang mirip namun memiliki pengertian yang jauh berbeda. Kedua istilah tersebut berkaitan dengan sikap dan sifat seseorang dan kelompok masyarakat yang tentu saja memiliki pengaruh terhadap tatanan sosial masyarakat. Dalam kesempatan kali ini, kita akan belajar bersama terkait pengertian kata inklusif yang merupakan lawan kata ekslusif yang lebih sering kita dengar. Dengan mengetahuinya dan lebih paham perbedaanya, kita bisa lebih memahami dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. BACA JUGA Contoh Hak di Masyarakat yang Dimiliki Setiap Orang Apa itu inklusif? idkuu Secara harafiah, pengertiannya adalah sebuah sikap atau sifat yang memposisikan dirinya ke dalam posisi yang sama dengan orang lain atau kelompok lain sehingga membuat orang tersebut berusaha untuk memahami perspektif orang lain atau kelompok lain dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. Istilah ini memberikan gambaran bahwa seseorang atau sekolompok masyarakat yang memiliki pendekatan untuk membangun dan mengembangkan sebuah lingkungan yang terbuka, mengajak dan mengikutsertakan setiap orang untuk terlibat. Setiap orang dengan latar belakang perbedaan. Ini akan membuat sebuah kondisi yang terbuka dan lebih kolaboratif dalam lingkugan masyarakat. Dengan begitu, ketertiban dan keutuhan dapat terwujud dalam lingkungan masyarakat. Konteks dalam bermasyarakat Hasil Copa Setelah mahami pengertian di atas, Sedulur tentu menjadi lebih sadar bahwa inklusif adalah sifat yang dibutuhkan. Dengan keterbukaan, kolaborasi dan ikut serta setiap elemen masyarakat dapat menciptkan sebuah kondisi ideal dalam lingkungan sosial masyarakat. Seperti yang telah dijelaskan di atas, lingkungan ideal dapat membuat tatanan sosial yang lebih baik. Seperti inklusif sosial adalah sebuah kondisi di mana setiap masyarakat yang menempatkan martabat dan kemandirian individu sebagai modal utama untuk mencapai kualitas hidup yang ideal. Manfaatnya dalam bermasyarakat Toptenid Gotong royong dan kebersamaan menjadi tujuan dan poin penting yang ingin dicapai dengan kondisi masyarakat ideal. Karena inklusif adalah sebuah sikap terbuka, maka dari itu memiliki manfaat dalam kehidupan bermasyarakat. Beberapa manfaat yang dimaksud secara lebih jelas adalah sebagai berikut Dapat menumbuhkan rasa percaya diri dan harga diri Dapat menghargai pesan budaya yang sesuai dengan tradisi yang dianut. Mampu menghargai perbedaan sebagai sesuatu yang wajar. Dapat lebih mengembangkan kecakapan berkomunikasi dengan produktif guna mempersiapkan kehidupan yang lebih baik. Dapat menghargai diri sendiri dan orang lain. Mempunyai hak dan kewajiban yang sama Masyarakat menjadi terbuka dan cerdas Masyarakat menemukan lebih banyak calon pemimpin masa depan yang disiapkan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakat. Menjadi tidak ada perbedaan yang membedakan Masyarakat menjadi lebih dekat satu sama lain. Dari berbagai manfaat di atas, inklusif maksudnya dapat diwujudkan dalam bentuk lingkungan masyarakat yang lebih dinamis, saling menghargai dan tentu saling menghormati satu sama lain. Semakin baik sebuah lingkungan, tentu akan mempengaruhi kondisi hidup bermasyarakat dan akan mempengharuhi keamanan bagi negara itu sendiri. Perbedaan inklusif dan eksklusif Kafe Sentul Setelah Sedulur menyimak penjelasan di atas, tentu Sedulur menjadi lebih paham bahwa inklusif adalah sifat yang perlu ditanamkan sejak dini. Karena tujuan dan manfaat dari inklusif sendiri yang memang dibutuhkan untuk menciptakan sebuah lingkungan masyarakat yang lebih sehat dan lebih baik lagi. Dibandingkan dengan ekslusif yang merupakan lawannya. Mungkin Sedulur bertanya, apa sebenarnya perbedaannya dengan eksklusif? Berikut beberapa perbedaannya agar Sedulur bisa lebih mudah memahaminya Dari segi bahasa keduanya memiliki arti yang bertolak belakang, ekslusif berarti tindakan untuk membatasi dan memisahkan diri, sementara lawannya adalah tindakan untuk mengajak dan mengikutsertakan. Ekslusif lebih bersifat menutup diri dan tidak terbuka, dalam konteks kebudayaan yaitu tidak adanya rasa toleransi dan tidak membuka diri terhadap sesuatu hal yang baru. Jika dalam konteks masyarakat, ekslusif memiliki sifat yang menutup diri dan membatasi diri hanya untuk kelompok yang sesuai dengan pergaulannya saja. Berbeda dengan inklusif yang terbuka dan bergabung dengan kelompok mana pun. Kedua hal ini merupakan pandangan atas perbedaan, yang satu adalah yang terbuka dan mengikutsertakan untuk berkolaborasi. Sementara ekslusif cenderung tertutup dan membatasi diri yang berujung mengkhususkan diri. Contoh sikap inklusif Jripto Inklusif dan eksklusif merupakan dua sifat yang saling bertentangan dan tidak dapat dipisahkan ketika membandingkan sebuah sikap atau sifat. Agar Sedulur lebih mudah untuk memahaminya lagi, berikut ini adalah penjelasan terkait conoth dalam masyarakat agar Sedulur dapat lebih paham lagi. Adanya keterbukaan dalam sebuah kelompok masyarakat yang mendorong terjadinya perubahaan sederhana dan praktis, ini merupakan ciri utamanya. Contoh kasus misalkan, dalam sebuah lingkungan masyarakat terdapat kerusakan dalam selokan pembuangan air di pemukiman warga. Beberapa masyarakat yang ekslusif akan membatasi diri mereka untuk tidak memperbaiknya, karena dalam pandangan mereka, ini merupakan tugas dari pemerintah. Di sisi lain, banyak masyarakat sekitar yang terkena dampak buruk dari terjadinya kerusakan selokan tersebut. Mulai dari munculnya berbagai penyakit, terganggunnya pembuangan rumah beberapa masyarakat hingga kerugian lain yang dialami. Beberapa masyarakat yang bersifat inklusif akan bergotong royong untuk memperbaik hal tersebut tanpa harus menunggu perbaikan dari pemerintah. Mereka berpikiran terbuka, dan inisiatif untuk memperbaiki mengingat dampak yang dirasakan sangat memberatkan masyarakat. Dari contoh sikap inklusif dalam masyarakat ini, kita bisa belajar bahwa sifat ini sangat dibutuhkan untuk membuat lingkungan sosial masyarakat menjadi lebih baik lagi. BACA JUGA Keberagaman Masyarakat Indonesia Serta Faktor & Budayanya Menerapkan inklusif dalam pendidikan Bangun Pendidikan Dilihat contoh dan manfaat di atas, kita bisa tahu bahwa sifat dan sikap ini memiliki segudang manfaat untuk menciptkan lingkungan masyarakat yang sehat. Oleh karena itu, untuk dapat mewujudkan hal tersebut, lebih baik untuk menerapkannya melalui pendidikan dan diajarkan sejak dini. Pada titik ini, menjadi penting menerapkan pendidikan inklusif. Karena tujuannya sangat dapat memberikan manfaat, baik bagi siswa dalam lingkup paling kecil, hingga bagi masyarakat dalam lingkup yang lebih luas. Berikut ini beberapa tujuan dari penerapan pendidikan yang inklusif Membantu meningkatkan kepedulian dan kebutuhan belajar siswa Guru dan siswa nyaman dengan keberagaman Memberi kesempatan kepada peserta didik, untuk mendapatkan pendidikan sesuai kebutuhan dan kualitas Adanya keanekaragaman, tidak diskriminatif, dan saling menghargai di sekolah Nah itulah tadi penjelasan terkait inklusif, mulai dari pengertian, contoh, hingga manfaatnya. Semoga penjelasan di atas bisa membuat Sedulur menjadi lebih paham lagi terkait beberapa sifat yang terdapat dalam lingkungan masyarakat. Tujuannya tentu agar Sedulur bisa menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bermanfaat lagi. Mau belanja bulanan nggak pakai ribet? Aplikasi Super solusinya! Mulai dari sembako hingga kebutuhan rumah tangga tersedia lengkap. Selain harganya murah, Sedulur juga bisa merasakan kemudahan belanja lewat handphone. Nggak perlu keluar rumah, belanjaan pun langsung diantar. Bagi Sedulur yang punya toko kelontong atau warung, bisa juga lho belanja grosir atau kulakan lewat Aplikasi Super. Harga dijamin lebih murah dan bikin untung makin melimpah. Fonder une sociĂ©tĂ© inclusive c’est l’objectif de nombreux professionnels de l’éducation et de l’animation, afin de garantir Ă  chaque enfant une place pleine et entiĂšre dans la sociĂ©tĂ©. Mais comment faire, concrĂštement, pour que les enfants en situation de handicap aient accĂšs aux mĂȘmes espaces que tous les autres enfants ? Que faire en tant que parent, quand les portes de l’école ou de l’accueil de loisirs se ferment devant son enfant ? Comment l’éducation populaire permet-elle d’aller vers une sociĂ©tĂ© plus inclusive ?On en parle avec Laurie Centelles, responsable du PĂŽle d’Appui et de Ressources Ă  l’Inclusion de l’association LĂ©o Lagrange qu’une sociĂ©tĂ© inclusive?Avant, dans le secteur du handicap comme dans d’autres secteurs, on parlait beaucoup d’intĂ©gration. IntĂ©grer, ça suppose un mouvement de la personne en situation de handicap vers son environnement. Toute l’énergie, l’effort Ă  dĂ©ployer, Ă©tait portĂ© par la personne elle-mĂȘme pour s’adapter Ă  son c’est diffĂ©rent. Dans une sociĂ©tĂ© inclusive, on va partager l’effort il y a une adaptation rĂ©ciproque entre la personne et son environnement. Une sociĂ©tĂ© inclusive doit permettre Ă  une personne vivant une situation de handicap de pouvoir vivre et avoir accĂšs Ă  des services et des droits comme tout un chacun. Sa situation de handicap sera amoindrie par les adaptations proposĂ©es par son environnement physique et changement est trĂšs important, car ce n’est pas sur la personne que repose tout l’effort Ă  produire l’environnement a son rĂŽle Ă  jouer !ConcrĂštement, comment construire une sociĂ©tĂ© inclusive ?Dans les textes, dans la formation des professionnels, dans les moyens Ă©conomiques, il y a une volontĂ© de tendre vers une sociĂ©tĂ© inclusive. Mais dans sa mise en application, pour un parent d’enfant en situation de handicap, cette inclusion est parfois Ă  gĂ©omĂ©trie exemple, la famille d’un jeune enfant prĂ©sentant un lourd handicap infirmitĂ© motrice cĂ©rĂ©brale, troubles sensoriels sĂ©vĂšres, etc. rencontrera beaucoup plus de difficultĂ©s pour faire accueillir son enfant en crĂšche ou par un assistant de la crainte issue du fait de ne pas connaĂźtre les besoins liĂ©s au handicap, les assistants maternels disposent d’un agrĂ©ment pour un nombre dĂ©fini d’enfants accueillis. Actuellement, un enfant en situation de handicap occupe une place d’accueil mĂȘme si son accompagnement va nĂ©cessiter plus d’attention, de stimulation et de soins. Les professionnels de ces accueils individuels peuvent craindre de ne pas avoir assez de temps Ă  lui consacrer et ne pas savoir s’y prendre, de ne pas ĂȘtre suffisamment Ă©paulĂ©s pour accueillir cet 11% des enfants suivis par des centres d’action mĂ©dico-sociale prĂ©coce ĂągĂ©s de 0 Ă  6 ans sont accueillis par les assistants maternels alors que ce mode d’accueil individualisĂ© est une rĂ©ponse pertinente pour les familles les plus un premier obstacle Ă  franchir pour les parents pour garder leur emploi ou pour socialiser leur enfant. Les Relais d’Assistants Maternels et les services de protection maternelle et infantile PMI ont un rĂŽle important Ă  jouer pour impulser, soutenir et conseiller l’ensemble des professionnels de la petite niveau de l’accĂšs Ă  l’école et Ă  la vie collective, des efforts ont Ă©tĂ© faits pour l’accueil des enfants mais il y a encore beaucoup de travail Ă  dĂ©ployer pour rendre accessible les apprentissages tout autant que la vie sociale dans une classe. DĂšs lors qu’un enfant manifeste des troubles du comportement et / ou prĂ©sente des troubles de la communication ou des interactions sociales, les enseignants se trouvent parfois dĂ©munis malgrĂ© la prĂ©sence des AESH accompagnants des Ă©lĂšves en situation de handicap.HĂ©las, la formation et le partage d’expĂ©rience ne sont pas encore au rendez-vous entre les enseignants des classes ULIS UnitĂ© localisĂ©e d’inclusion scolaire et des classes traditionnelles. Le statut des AESH n’est pas suffisamment reconnu, ce qui conduit Ă  des pĂ©nuries d’accompagnement Ă  chaque rentrĂ©e scolaire, faute de personnel. A titre d’exemple, les enfants avec un trouble du spectre autistique sont seulement 20% Ă  ĂȘtre consĂ©quence, par manque de moyens humains, de ressources pĂ©dagogiques et de formation pour les enseignants et les AESH, des enfants en situation de handicap sont exclus du systĂšme n’est ni normal, ni lĂ©gal au regard de la loi de 2005 pour l’égalitĂ© des droits et des chances, la participation et la citoyennetĂ© des personnes handicapĂ©es et de la loi de 2008 sur les dispositions d’adaptation au droit communautaire dans le domaine de la lutte contre les discriminationsQuelles solutions pour les parents d’enfants en situation de handicap dans ce contexte ?Je crois que la premiĂšre chose c’est de faire valoir ses droits. ConnaĂźtre vos droits et ceux de votre enfant, c’est votre meilleur levier face Ă  des arguments irrecevables et en l’absence de proposition de projet d’accueil au regard de la pouvez vous rapprocher d’associations de familles et de personnes concernĂ©es, comme l’association Valentin HaĂŒy, pour les personnes avec une dĂ©ficience visuelle, l’association HyperSuper, pour les enfants avec le trouble du dĂ©ficit de l’attention avec / sans hyperactivitĂ©, Autisme France pour le spectre de l’autisme ou encore l’association des ParalysĂ©s de France, qui s’est aujourd’hui Ă©largie Ă  tous types de plus en plus de parents saisissent Ă©galement le DĂ©fenseur des Droits lorsqu’une situation illĂ©gale se prĂ©sente. Le handicap et l’état de santĂ© reprĂ©sentent 18,4 % des saisines relatives aux droits de l’enfant adressĂ©es au DĂ©fenseur des droits en 2018. Il faut vraiment que ce soit un rĂ©flexe, dĂšs que vous faites face Ă  un refus pour une inscription en structures de droit commun, en crĂšche, sur une activitĂ© pĂ©riscolaire, par exemple. Car les refus sont souvent motivĂ©s par des arguments du type on n’a pas les moyens », on n’est pas formĂ©s », etc. Or ces arguments ne tiennent pas d’un point de vue est impossible de refuser un enfant sans avoir pris le temps de proposer des amĂ©nagements raisonnables » tenant compte des besoins de l’enfant, des attentes des parents et des possibilitĂ©s pour la structure. Le professionnel doit dĂ©velopper des habitudes de travail faire des observations pendant l’accueil en prĂ©sence ou non des parents, se rapprocher de professionnels qui prennent en charge l’enfant, imaginer des adaptations et mobiliser des stratĂ©gies qu’une Ă©quipe met dĂ©jĂ  en place pour accueillir dans les meilleures conditions l’inscription sans proposition de projet, ce n’est pas possible et de plus en plus de parents le est-il de l’accĂšs aux loisirs ?Si on prend l’ensemble des enfants qui reçoivent l’Allocation d’éducation de l’enfant handicapĂ© AEEH, seuls 0,28% d’entre eux sont accueillis dans un accueil de loisirs
 C’est effarant !Ce sont donc des enfants qui vont, le mercredi et pendant les vacances, frĂ©quenter des structures mĂ©dico-sociales ou suivre des prises en charge en libĂ©ral. IdĂ©alement, il faudrait que ces enfants cĂŽtoient d’autres enfants dans les structures classiques pour dĂ©velopper la socialisation et l’autonomie. En plus, la plupart des structures mĂ©dico-sociales ferment l’étĂ©, contrairement aux structures classiques d’ parents vont s’orienter vers l’accueil de loisirs de proximitĂ©. Soit vous jouez la carte de la transparence en expliquant le handicap de votre enfant, soit vous ne le signalez pas puisque vous ĂȘtes fatiguĂ©s des frĂ©quents refus essuyĂ©s ou des rĂ©actions de craintes. Avec un directeur sensibilisĂ© sur cette question, cela sera plus facile. Mais l’accueil de ces enfants ne devrait pas reposer sur le bon vouloir du directeur !Vous pouvez vous diriger vers des associations qui ont un projet de loisirs inclusifs affichĂ© comme Loisirs Pluriel, qui porte au cƓur de son action l’accueil des enfants diffĂ©rents parmi les autres enfants Ă  raison d’un tiers d’enfants en situation de handicap et deux tiers d’enfants dit ordinaires » c’est le mot utilisĂ© mĂȘme si tous les enfants sont extraordinaires!Nous l’avons aussi vĂ©cu pendant cinq ans avec l’accueil de loisirs adaptĂ© Le KalĂ©idoscope de l’association LĂ©o Lagrange MĂ©diterranĂ©e, qui Ă©tait un lieu tremplin pour des enfants avec des troubles autistiques un lieu aujourd’hui fermĂ©, ndlr. C’était Ă  la fois un milieu protĂ©gĂ© pour ces enfants, avec un taux d’encadrement individualisĂ© et des espaces amĂ©nagĂ©s pour respecter leurs besoins sensoriels et de calme. Toutefois, ces enfants avaient une vie collective avec les enfants de l’accueil de loisirs municipal, puisque qu’ils partageaient ensemble la cour, la cantine et des tant que parents, comment prĂ©parer ses propres enfants Ă  ces rencontres avec des enfants en situation de handicap ?Chez les enfants, c’est magique ! Ce ne sont pas des jolis mots ou des idĂ©aux les enfants s’adaptent trĂšs vite pour interagir et jouer ensemble. Si un enfant est confrontĂ© Ă  un comportement impressionnant ou angoissant, Ă  partir du moment oĂč un adulte est en capacitĂ© de lui expliquer, cet enfant va comprendre trĂšs vite et jouer sans crainte avec l’autre enfant en situation de handicap. Il n’y a aucune inquiĂ©tude Ă  avoir vous devez faire confiance aux professionnels et ĂȘtre Ă  l’aise pour poser des questions si vous ĂȘtes l’éducation positive encourage au dĂ©veloppement des compĂ©tences sociales altruistes de nos enfants apprendre la solidaritĂ©, la bienveillance et l’empathie. Mes cinq annĂ©es d’expĂ©rience dans la dĂ©marche de loisirs inclusifs me font dire que c’est la meilleure façon pour un enfant de dĂ©velopper son cerveau social ! Un cerveau Ă  l’écoute, qui analyse, raisonne, pose des questions et gĂšre ses Ă©motions. C’est trĂšs bĂ©nĂ©fique pour tous les certains parents ont des craintes
Ces craintes, sont instinctives » peur de l’inconnu, inquiĂ©tudes de risques de violence pour leur enfant. Ce sont souvent des prĂ©jugĂ©s liĂ©s au handicap, parfois trĂšs Ă©loignĂ©s des profils des enfants accueillis. Les parents redoutent les troubles du comportement qui ne sont pas une caractĂ©ristique des enfants en situations de handicap. Ces comportements sont une expression de stress, de fatigue et de difficultĂ© Ă  communiquer presque toujours liĂ©s Ă  un dĂ©clencheur que l’on peut anticiper. Si le professionnel l’explique aux enfants et aux parents alors ce n’est plus traduit comme de la violence mais plutĂŽt comme un enfant qu’il fallait rassurer ou aider, c’est un premier le confort et le respect de tous, il me semble que ce n’est pas aux parents de l’enfant en situation de handicap d’expliquer un comportement inadaptĂ© aux autres parents, mais c’est bien aux professionnels de rassurer et de montrer que tout est mis en Ɠuvre pour que chacun trouve sa place avec des diffĂ©rences. Si des parents disent j’ai entendu que cet enfant pouvait jeter des objets et j’ai peur », c’est aux professionnels d’expliquer ce qui est mis en place, comment les enfants sont accompagnĂ©s, etc. C’est l’occasion Ă©galement de parler des loisirs pour tous, de la convention des droits de l’enfant, des droits nationaux et internationaux des personnes handicapĂ©es, etc. C’est Ă  ce moment-lĂ  qu’on permet le changement de mentalitĂ© c’est le rĂŽle de l’éducation populaire ! Et cela s’applique Ă  tous les enfants ceux qui sont en situation de handicap, mais aussi ceux qui vivent dans des conditions prĂ©caires, ceux qui viennent d’un autre pays, peut l’éducation populaire pour aller vers la sociĂ©tĂ© inclusive ?Nous sommes lĂ  pour donner une perception du monde diffĂ©rente, transformer notre cadre de lecture. Le prĂ©jugĂ©, c’est une construction sociale nourrie par des expĂ©riences que l’on gĂ©nĂ©ralise Ă  tort de façon non consciente. Si nous vivons des expĂ©riences nĂ©gatives, on dĂ©veloppe des craintes qui s’associent Ă  des prĂ©jugĂ©s. Vivre des expĂ©riences positives peut modifier nos prĂ©jugĂ©s alors imaginons des astuces ! Inviter les parents Ă  un goĂ»ter de fin de vacances ou une exposition collective pour qu’ils se rencontrent avec ou sans handicap ; organiser des affichages pour sensibiliser sur les handicaps, initier des soirĂ©es dĂ©bats avec les enfants pour qu’ils en parlent Ă  leurs parents, etc. On va essayer de semer des graines pour inviter les personnes Ă  changer d’état d’ exemple, sur le KalĂ©idoscope, on avait invitĂ© les parents des deux centres le centre de loisirs adaptĂ© et le centre de loisirs municipal, ndlr Ă  une exposition photo. Certains ont dĂ©couvert Ă  ce moment-lĂ  que des enfants en situation de handicap partageaient des temps avec leurs enfants. Ils ont pu dire Je ne savais pas et j’ai un peu honte de le dire, mais ça me fait peur. ». Mais leurs enfants veulent qu’ils viennent Ă  l’expo, alors ils viennent, et ils rencontrent les autres parents, ils parlent, ils populaire est une rĂ©serve formidable de techniques, c’est une boĂźte Ă  outils pour les parents et les professionnels. Tout ce qu’on fait avec les enfants en situation de handicap peut ĂȘtre utile pour les autres enfants. Il faut arrĂȘter de les enfermer dans des cases ! On peut chercher des solutions ludiques, des pistes Ă©ducatives, des activitĂ©s adaptĂ©es, non pas pour un enfant en situation de handicap » mais pour tel enfant qui a une difficultĂ© Ă  Ă©couter en se posant ou tel autre qui a du mal Ă  maĂźtriser ses Ă©motions, qu’il soit en situation de handicap ou non ! Jawaban yang tepat dari pertanyaan tersebut adalah opsi B. Berikut merupakan penjelasannya Poin soal menanyakan contoh dari sikap inklusif pada masyarakat multikultural. Masyarakat multikultural merupakan masyarakat yang terdiri atas beragam kelompok sosial dengan sistem norma dan kebudayaan yang berbeda-beda. Keberagaman tersebut harus dipersatukan dengan perilaku inklusif sehingga dapat terwujud kehidupan yang harmonis. Perilaku inklusif merupakan perilaku yang menerima sekaligus menghargai perbedaan. Dapat disimpulkan bahwa menerima dan mengakui kehadiran individu yang berbeda latar belakang sosial merupakan implementasi dari perilaku inklusif. Jadi, jawaban yang tepat adalah B. Istilah inklusif dan eksklusif berkaitan dengan dunia pendidikan. Kata inklusif merujuk pada penggambaran masyarakat yang terbuka pada keberagaman budaya. Inklusif menjelaskan keterbukaan masyarakat pada toleransi, menerima, dan berinteraksi dengan budaya lain. Selain kata inklusif, ada juga kata eksklusif. Mengutip dari eksklusif kebalikan dari inklusif. Pengertian eksklusif yaitu sekelompok masyarakat yang membatasi, memisahkan, hingga menutup diri dari luar. Kelompok eksklusif ini membatasi diri pada kelompok lain. Pengertian Inklusif Definisi inklusif menurut KBBI adalah termasuk atau terhitung. Kata inklusif berasal dari bahasa Inggris yaitu "inclusion", yang artinya mengajak masuk atau mengikutsertakan. Sedangkan kata eksklusif berasal dari "exclusion", yang artinya mengeluarkan atau memisahkan. Inklusif adalah pendekatan untuk membangun dan mengembangkan lingkungan yang lebih terbuka. Berdasarkan buku Pengembangan Kurikulum dan Implementasi Pendidikan Inklusi di Sekolah Dasar, inklusif bertujuan untuk mengajak dan ikut serta semua orang yang memiliki latar belakang berbeda. Sikap inklusif bermanfaat untuk menerapkan dan memahami masalah. Inklusif ini bertujuan untuk mengajak dan ikut serta dalam lingkungan. Kelompok masyarakat inklusif akan terbuka dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Contoh sikap inklusif di lingkungan yaitu sikap hormat pada lebih tua dan menghargai ke yang lebih muda. Pada dasarnya sikap inklusif membantu menjaga hubungan antar manusia. Sikap ini perlu diterapkan untuk memahami perbedaan etnis, budaya, latar belakang, status, hingga karakteristik. Menurut Marriam menjelaskan tujuan pendidikan inklusif, yaitu mengurangi kekhawatiran, membangun, loyalitas dalam persahabatan, sikap membangun, dan menghargai. Manfaat Inklusif Dapat membangun kesadaran akan pentingnya pendidikan Mengurangi sikap diskriminatif atau membeda-bedakan Melibatkan dan memberdayakan masyarakat untuk pendidikan anak sekolah Perencanaan dan monitoring mutu pendidikan Mengetahui hambatan yang berkaitan dengan sosial dan masalah Sikap menghargai perbedaan budaya dan tradisi yang dianut Dapat menghargai diri sendiri dan orang lain Sadar bahwa setiap manusia memiliki hak dan kewajiban yang sama Mengembangkan masyarakat yang memiliki pikiran terbuka dan cerdas Mewujudkan tatanan masyarakat yang lebih dekat antar sesama Mengembangkan produktivitas untuk membangun kehidupan yang lebih baik Contoh Sikap Inklusif Membantu menyeberangkan lansia di jalan Memberi tempat duduk prioritas untuk ibu hamil dan lansia Tidak menganggu anak kecil Menghormati orang yang lebih tua Membantu orang yang kesusahan Melakukan gotong royong bersih desa Membantu tetangga membetulkan jalanan rusak Melapor pada pihak berwajib jika ada fasilitas rusak Berteman dengan semua orang tanpa membeda-bedakan Bersikap ramah pada semua orang Menghargai orang yang berbeda dari segi etnis, agama, dan budaya Tidak menganggu anak kecil Tujuan Pendidikan Inklusif Pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan. Menurut UU Nomor 20 Tahun 2003, pasal 5 ayat 1 berbunyi 'bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang merata dan berpengaruh pada pengembangan pendidikan'. Pendidikan inklusif penting untuk menekan sikap anti diskriminasi, perjuangan hak dan kewajiban, serta kualitas pendidikan. Anak-anak berhak mendapatkan perkembangan dan kemajuan pendidikan. Menurut UNESCO, pendidikan inklusif penting untuk proses penerimaan, respon keberagaman, dan kebutuhan semua siswa. Sehingga siswa dapat memahami dan ikut berpartisipasi dalam belajar, budaya, dan komunikasi. Berikut tujuan pendidikan inklusif Membantu meningkatkan kepedulian dan kebutuhan belajar siswa Guru dan siswa nyaman dengan keberagaman Memberi kesempatan kepada peserta didik, untuk mendapatkan pendidikan sesuai kebutuhan dan kualitas Adanya keanekaragaman, tidak diskriminatif, dan saling menghargai di sekolah Kata inklusif kini menjadi salah satu istilah yang sering didengungkan oleh banyak pihak. Konon inklusif adalah kata kunci untuk Indonesia yang lebih lebih baik, lebih maju, dan kehidupan masyarakat menjadi lebih bahagia. Kata inipun sering disandingkan dengan banyak kata lain dimulai dari dunia pendidikan, sosial, kepemimpinan, dan lain sebagainya. Namun sudah kita mengetahui arti dari kata inklusif yang sebenarnya? Kami akan mengajak Anda untuk mengenal dan memahami makna inklusif jauh lebih dalam. Kamus Besar Bahasa Indonesia KBBI mengartikan inklusif sebagai termasuk; terhitung. Jika dilihat dari asal-usulnya, inklusif berasal dari kata “inclusion” yang kalau kita artikan kedalam bahasa Indonesia bisa bermakna mengikuti sertakan atau mengajak masuk, pihak lain untuk ikut didalamnya. Secara sederhana, pengertian dari inklusif adalah sebuah sikap dimana kita memposisikan diri dalam satu level atau tataran yang sama dengan orang lain, tanpa melihat suku, ras, agama, jabatan, dan hal-hal lainnya. Baca Juga Pengertian Buzzer dan Cara Kerjanya Lawan kata dari inlklusif adalah esklusif, yakni memisahkan diri dengan kelompok lain. Berbicara tentang inlusif dan esklusif, maka bisa kita sandingkan dengan sikap keKITAAN dan keKAMIan. Kekitaan adalah inklusif, dan keKAMIan adalah esklusif. Sama-sama kata jamak, namun memiliki dimensi yang berbeda- dimana keKITAan dimensinya jauh lebih luas dan terbuka, sedangkan keKAMIan itu dimensinya sempit dan tertutup. Dalam konteks cara berpikir, masyarakat inklusif juga bisa kita artikan sebagai sebuah masyarakat yang memiliki cara berpikir, yang tidak hanya menggunakan sudut pandang mereka sendiri, namun juga sudut pandang orang lain dalam melihat sebuah kejadian atau masalah. Jika kita telusuri lebih jauh, perbedaan antara cara berpikir inklusif dan esklusif terletak pada cara kita melihat sebuah perbedaan. Sederhananya orang yang berfikiran inklusif akan melihat perbedaan sebagai suatu hal yang positif, sedangkan orang dengan cara berpikir esklusif akan melihat perbedaan sebagai suatu hal yang negatif. Cara Menumbuhkan Masyarakat dengan Sikap Inklusif Orang dengan cara berpikir yang inklusif akan melihat perbedaan sebagai sebuah hal yang positif, cara berpikir ini sangat baik karena akan memberikan motivasi untuk mempelajari perbedaan dan mencari sesuatu yang sifatnya lebih universal sehingga mendapatkan lebih banyak manfaat. Kunci untuk menumbuhkan sikap yang inklusif adalah dengan melihat perbedaan dari sudut pandang yang positif. Untuk sampai pada titik ini, ada beberapa usaha yang bisa kita lakukan dimulai dari 1. Kebenaran itu Relatif Untuk menumbuhkan sikap yang inlusif, kita bisa mulai dengan mengatakan bahwa kebenaran itu sifatnya relatif, dan selalu menyadari bahwa setiap atau semua orang atau suatu kelompok masyarakat memiliki kemungkinan untuk mencapai sebuah kebenaran. Sikap seperti ini akan membuat kita lebih toleran dan tidak terlalu melebih-lebihkan suatu hal yang selama ini dianggap sebagai kebenaran bagi kelompok tersebut. 2. Menanamkan Sikap Kolaboratif Sebagai makhluk sosial, kolaborasi atau kerjasama dengan pihak lain adalah salah satu hal yang tidak bisa dihindari, hal ini karena kita sebagai manusia memiliki keterbatasan-keterbatasan yang tidak bisa didobrak. Dalam hal ini kita hari mengakui adanya aspek universal dimana orang lain pasti memiliki nilai yang positif dan tidak kita miliki. Dan ini berperan sangat positif untuk mencapai sesuatu secara bersamaan. 3. Mengedepankan Sportifitas Untuk mewujudkan masyarakat yang inklusif, kita bisa mulai dengan mengedepankan sportifitas dalam banyak aspek kehidupan. Jika kita terbiasa hidup dengan mengedepankan jiwa sportif, maka secara tidak langsung kita akan lebih termotivasi untuk menerima dan mengelola berbagai perbedaan yang ada sehingga akhirnya bisa bersaing dengan lebih sehat. 4. Komunikasi yang Sehat Dan untuk menumbuhkan sikap yang inlusif ditengah masyarakat kita bisa mulai untuk memperbanyak komunikasi yang sehat, tidak hanya karena kita sadar bahwa selama ini kita terlalu memiliki persepsi yang sempit, namun lebih kepada pengertian akan pentingnya bersikap ramah ditengah perbedaan yang ada. Baca Juga Mengenal KPI dan Contoh Key Perfofmance Indikator Indonesia dengan segala keberagamannya memang sangat membutuhkan sikap dan cara berpikir yang inklusif, yakni sebuah cara berpikir yang tidak memandang sebelah mata orang lain, terlepas dari kondisi dan hal lain sebagainya. Dengan cara berpikir seperti ini kita akan benar-benar bisa mewujudkan semboyan bangsa yang berbunyi “Bhineka Tunggal Ika”. Dapatkan info hot seputar anime dan chit chat bareng pencinta anime lainnya dengan bergabung di grup Telegram "Fandom Anime Indonesia" yang dikelola oleh melalui link berikut

sebutkan penerapan perilaku inklusif di lingkungan masyarakat