mediaberbasis tik. media transformasi. media konvergensi. Jawaban: E. media konvergensi. Dilansir dari Ensiklopedia, sebagai sebuah karya peradaban mutakhir, tik berkembang pesat dalam perannya sebagai fasilitator pembelajaran. tik disebut sebagai media konvergensi. Baca Juga.
Sebagaisebuah karya peradaban mutakhir, TIK berkembang pesat dalam perannya sebagai fasilitator pembelajaran. TIK pun juga bisa menjadi media itu sendiri, yang disebut sebagai. Media berbasis TIK; Media konvergensi; Multimedia; Media berbasis web; semua jawaban benar; Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: B. Media konvergensi.
Vay Tiá»n Nhanh Ggads. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Assalamu'laikum wr. wb. Jama'ah Kajian Subuh Online yang diridlai Allah.. Teks Kajian ini juga diterbitkan dalam blog [caption id="attachment_878" align="alignleft" width="237" caption="Alangkah hebat jika tidak ada nyawa melayang dalam pembangunan Piramid ini"][/caption] Puji syukur kita panjatkan ke hadirat Allah Tuhan Yang Mah Esa, sehingga kita bisa bersua kembali di pagi yang berbahagia ini. Pembahasan pada pagi ini adalah mengusung tema tentang bagaimana dan sejauh mana peradaban mutakhir kekinian dibandingkan dengan keadaan zaman purbakala. Sebelum kita memperbincangkan bersama-sama tema di atas, kita lebih dahulu memahami apakah yang dimaksud dengan peradaban. Peradaban merupakan suatu keadaan di mana hasil karya manusia dihasilkan melalui pemikiran dan perenungan tinggi, sehingga hasil karya tersebut membawa kepada suasana mendukung bagi kehidupan manusia untuk hidup dengan damai, tentram, saling percaya dan saling memelihara. Istilah peradaban sendiri sebenarnya bisa digunakan sebagai sebuah upaya manusia untuk memakmurkan dirinya dan kehidupannya. Maka, dalam sebuah peradaban pasti tidak akan dilepaskan dari tiga faktor yang menjadi tonggak berdirinya sebuah peradaban. Ketiga faktor tersebut adalah sistem pemerintahan, sistem ekonomi, dan IPTEK. Dalam pandangan penulis, banyak ilmuwan peradaban yang terkadang miris merumuskan bagaimana sebuah peradaban memelihara kehidupan manusia itu sendiri. Banyak pendapat yang membuat kesimpulan rambang tentang peradaban, sehingga khazanah peradaban selalu menentukan dan ditentukan oleh bagaimana daya cipta manusia mampu menemukan sesuatu yang baru yang sebelumnya tidak ada, serta bagaimana manusia melalui tingkat pemikiran yang tidak dimiliki makhluk lainnya di bumi, bisa menciptakan peralatan-peralatan dengan begitu rupa yang mencerminkan tingkat kecanggihan dan karya berguna bagi hidup manusia. Peradaban sedemikian, yang ada sekarang, lebih terfokus kepada kepuasan material dan menanggalkan sedikit demi sedikit makna dan budi manusia. Maka menjadi pendapat lumrah di zaman ini bahwa yang disebut majunya manusia adalah jika sudah mampu menciptakan perangkat teknologi yang disebutnya âteknologi tinggiâ. [caption id="attachment_879" align="alignright" width="260" caption="Adakah nyawa manusia dinistakan pada saat membangunnya?"] [/caption] Mendasari materialisasi kebudayaan di atas, maka tidak mengherankan jika simbol-simbol kemajuan peradaban dunia, termasuk keajaiban dunia, dilandaskan kepada bentuk konkrit material hasil karya manusia di setiap fase peradabannya. Dunia kemudian meletakkan Piramida, Menara Eifel, Tembok Besar China, Borobudur, dan sebagainya menjadi perlambang kemajuan peradaban manusia. Sebuah masa lalu suatu komunitas manusia yang tidak meninggalkan semua ciri-ciri tersebut dinyatakan sebagai masyarakat tidak berbudaya, masyarakat yang tidak berperadaban. Kekeliruan memandang arti peradaban ini tidaklah tanpa alasan dan data-data pendukung yang menggiring untuk memutuskannya, tetapi sudah menjadi âfatwaâ ilmuwan, bahkan pakar dan para ahli peradaban sendiri. Hampir semua perpandangan bahwa manusia beradab adalah manusia yang mampu menciptakan hasil karya yang bersifat materi dan fisik semata-mata. Pandangan ini juga memiliki argumentasi teoritis yang cukup kuat, bahwa jika suatu masyarakat sudah mampu membangun berbagai macam hasil karyanya yang berupa gedung, jembatan, dan bentuk fisik lainnya, maka secara aklamasi dinyatakan sudah mampu membangun pribadi beradab. Kalimat lainnya, bahwa indikator suatu kelompok manusia dengan kepribadian yang beradab adalah adanya bentuk fisik dan berbagai peninggalan eksotik, yang dihasilkan oleh manusia pada generasi tersebut. Selangkah lebih maju Jama'ah Kajian Online yang dimuliakan Allah... Penulis sebutkan bahwa peradaban manusia kini hanya selangkah lebih maju, bermaksud bahwa satu dari dua kaki manusia memang sudah maju ke depan, akan tetapi satu kakinya masih âmenyangkutâ di tempat asalnya berdiri. Satu kaki yang maju adalah isyarat akan kehebatan ilmu pengetahuan manusia yang sudah sedemikian maju, sehingga banyak dari umat manusia yang tertolong dan terbantukan oleh kemajuan iptek tersebut, terutama di bidang kedokteran dan pendidikan. Di kedua bidang tersebut teknologi hampir semuanya memberi dampak positif yang sistemik dan mengakar. Sementara satu kaki yang masih tetap di tempat awalnya adalah ternyata kemajuan teknologi manusia diukur dari kemampuan membunuh dalam tempo yang sesingkat-singkatnya dengan korban manusia dalam jumlah sebanyak-banyaknya. Apabila sekumpulan orang âberpendidikan tinggiâ, sudah mampu menghilangkan nyawa manusia dengan menggunakan teknologi satelit, teknologi senjata nuklir, hidrogen, dan hasil karya saintis lainnya, disebutnya sebagai âkehebatanâ dan âkebanggaanâ. Mereka menyebut bahwa ilmuwan tidak berperan dalam hal peperangan ini. Mereka berkoar, itu adalah kekeliruan pribadi manusianya yang memegang senjata tersebut....The Man behind The Gun. Bukan pistolnya yang keliru, tetapi orangnya yang harus dihukum. Ini yang pernah penulis sebut dalam tulisan terdahulu sebagai upaya legitimasi kejahatan kemanusiaan. Lebih parah lagi, ada ilmuwan politik membenarkan membunuh siapapun yang menghalang kepentingan suatu gerakan politik mainstream dengan alasan bahwa itu adalah urusan politik, harus siap mati menjadi korban kepentingan politik lainnya. Siapa yang menemukan politik, manusia lagi. Contoh lainnya yang menggambarkan betapa konyolnya âperadaban negatifâ manusia, yaitu ilmuwan dan pakar militer merekomendasikan bahwa pembunuhan adalah diperbolehkan asalkan untuk sebuah strategi dan metode penyelamatan diri. Ini terjadi dalam âdunia beradabâ sekarang, sebagai hasil dari pemikiran manusia yang cerdik dan cerdas, mengalahkan hati nuraninya sendiri. Jama'ah Kajian Subuh Online yang dirahmati Allah.. Naluri membunuh adalah naluri hewaniyah. Akan tetapi meskipun bukan naluri manusiawi, ia ada dalam diri manusia yang tidak dapat dihapus secara total. Yang bisa dihapus bukan naluri hewaniyah tersebut, tetapi mengurangi fasilitas mutakhir yang mendukung besarnya korban kejahatan hewaniyah tersebut. Garis besarnya, ilmuwan peradaban bukan menciptakan naluri hewaniyah itu, tetapi hasil karyanya âmenyokongâ kehancuran dan peradaban itu sendiri, dalam bentuk fasilitasi teknologis. Pada zaman purbakala dulu sudah ada namanya pembunuhan dan pertumpahan darah antar suku dan golongan yang berbeda-beda. Mereka yang kuat akan selamat, mereka yang lemah akan dilumat. Kenyataannya, apa yang terjadi pada zaman kuno tersebut juga masih terjadi pada zaman yang dikatakan âmodernâ ini. Perbedaanya, jika pada zaman sebelum ada peradaban maju, kemampuan manusia membunuh hanya menggunakan peralatan batu dan seadanya sehingga korban terbatas hanya satu dua korban dalam beberapa jam atau hari serangan. âJumlah kematian semakin banyak dalam jangka waktu yang semakin singkatâ terjadi setelah manusia mampu membuat pedang, tameng besi, golok, dan lain sebagainya. Semakin maju di zaman sekarang ini, kita lihat kejahatan kemanusiaan yang jauh lebih ganas dan jauh lebih kejam dari zaman purbakala dulu. Kejahatan memang bermula dari pribadi dan perilaku seseorang, tetapi sejahat dan sekejam apapun manusia, korban kejahatan dan kekejamannya akan bertambah besar dan banyak di saat fasilitas mendukungnya semakin canggih. Ambiguitas sasaran dan target kemajuan peradaban pada patokan semacam ini, sampai saat kini belum punah, bahkan semakin hari semakin menjadi trend, yang melibatkan lembaga pemerintah dan organisasi besar dunia. Diakui atau tidak, ini adalah luka kemanusiaan yang terasa oleh yang peka saja, yang berpikir untuk nurani dan peradaban insaniyah yang lebih maju nan luhur. Anehnya, ketika orang berusaha untuk mengkritisi perkembangan pola pembunuhan teknologis dan sistemik seperti ini, dianggap anti globalisasi, anti kemajuan, tidak pluralis, bahkan ada yang menyebutnya mengancam negara dan anti ras tertentu. Padahal kita semua tahu, bahwa yang membuat negara adalah manusia âberpendidiknâ itu sendiri. Jama'ah Kajian Subuh Online yang dirahmati Allah... Mata kita seharusnya tidak mengesahkan sebuah kejahatan teknologis di samping satu sisi lainnya yang memberi manfaat dari kemajuan peradaban itu. Peradaban sebuah generasi memang tidak bisa dilepas dari evaluasi terhadap kekaryaannya membangun fisik. Akan tetapi, lebih dalam merenungi akan arti kejayaan bangunan fisik tersebut, sebuah dimensi non-fisik yaitu keselamatan umat manusia juga seharusnya menjadi target utama geliat peradaban. Peradaban harus memberi manfaat, dan manfaat tersebut untuk menghapus cedera peradaban, sedikit demi sedikit. Luka-luka peradaban tidak bisa kita agendakn setelah kemajuan tercapai, maka dari sekarang marilah kita merenungi semua. Jama'ah Kajian Subuh Online yang diridla Allah... Demikianlah presentasi pada pagi hari ini. Kesalahan pada penulis, kebenaran ada pada Tuhan. Wassalamu'alaikum Sumber 1 2 3 Lihat Sosbud Selengkapnya
ï»żHome Anime & Manga Anime Lain Beda Dengan Peradaban Kuno, Ini Dia 10 Anime Isekai ke Dunia Modern! Beda sama yang terlempar ke zaman kerajaan! Kalau biasanya kamu sering menemukan anime tentang tokoh utama yang terjebak di dalam dunia yang lebih kuno, biar gak bosan kamu bisa cek dulu kumpulan anime isekai ke dunia modern seperti berbagai judul yang ada di sini!1. Alice in Borderland, di mana sang tokoh utama tahu-tahu terlempar ke dalam sebuah kota kosong penuh dengan permainan maut! Now and Then, Here and There, tentang seorang anak yang terlempar jauh ke dunia yang suram penuh perbudakan! Hataraku Maou-sama, anime tentang seorang raja iblis yang tahu-tahu menjadi tukang jaga restoran cepat saji! Sonic X, di mana justru Sonic bersama kawan dan lawannya yang justru terjebak di dalam planet Bumi! Hinamatsuri, tentang sekelompok gadis berkekuatan super yang terjun bebas dari masa depan ke masa lalu, hanya untuk terdampar menjadi teman seorang Yakuza tanggung! Baca Juga Gak Cuma Nyanyi, Sherina Jadi Pengisi Suara di Anime Studio Ghibli! 6. Fate/Stay Night, tentang sekelompok pahlawan dan tokoh fiksi yang bertarung mewakili para penyihir modern! Isekai Quartet melempar berbagai tokoh utama anime Isekai ke sebuah sekolah di Jepang, dan menjadi pelajar di sana terlepas dari perbedaan ras mereka! Excel Saga, anime tentang sebuah organisasi jahat dan keseharian mereka yang entah bagaimana caranya, terjebak di Jepang! Haiyore Nyaruko-san adalah anime tentang sekelompok makhluk mitos horor, yang tahu-tahu tinggal nyaman di dunia nyata Space Patrol Luluco, yang justru merupakan kisah tentang seorang gadis yang tidak hanya pindah ke dunia lain, namun justru Anime lain! lagi anime isekai ke dunia modern yang kamu tahu atau impresimu terhadap judul-judul anime ini? Bagikan opinimu terhadap anime tersebut melalui kolom komentar di bawah! Baca Juga Hadir Januari 2021, Anime Evangelion Telah Selesai Rekaman!
Kami sadar bahwa topik di atas cakupannya cukup luas, multidimensi, dan menuntut kajian lebih luas dan dalam. Tulisan singkat ini diangkat dari kuliah umum di Universitas Islam Indonesia UII pada 27 Juni 2021 oleh Komaruddin Hidayat yang berjudul Menemukan Kembali Imajinasi Islam, dan diharapkan menjadi pemantik diskusi lanjutan. Setiap bangsa besar memiliki akar tunggang budaya yang mengalami pasang surut. Oleh karenanya, budaya dan capaian peradaban sebuah bangsa dan tradisi agama bersifat dinamis. Di sana terdapat budaya dan agama yang sirna dan tak kunjung kembali. Di sini berlaku hukum Darwinisme sosial, sintasan yang paling cocok survival of the fittest. Hanya mereka yang kuat dan bisa beradaptasi dengan cepat yang bisa bertahan dan berkembang. Keredupan peradaban Demikian pula halnya dengan peradaban Islam, yang menurut catatan, mulai meredup pada abad ke-11. Sejarawan menamakan abad ke-8 sampai dengan ke-13 sebagai Zaman Keemasan Islam The Golden Ages of Islam. Istilah ini dipopulerkan oleh kalangan modernis muslim yang merasa kalah menghadapi kemajuan Barat, lalu mencari referensi dan motivasi ke masa lalu. Ratusan buku telah ditulis untuk mencari jawaban, apa penyebab utama kemunduran peradaban Islam dan mengapa Barat lalu menyalip dan berkembang jauh lebih cepat. Ada pendapat, di antara penyebabnya adalah krisis politik dan ekonomi di sentra-sentra kekuasaan Islam yang membuat tradisi keilmuan terhenti. Para penguasa lebih fokus pada pemikiran fikih untuk mengendalikan perilaku rakyatnya. Sementara itu ulama lalu memilih kajian tasawuf untuk meraih ketenangan hidup. Peristiwa Perang Salib telah ikut merusak bangunan peradaban. Tradisi keilmuan beralih ke atmosfer peperangan. Warisan peradaban Islam dalam bidang keilmuan terpecah dan menyempit. Ilmu-ilmu alam, sosial, dan humaniora justru dipelihara, dipupuk, dan dikembangkan di Eropa yang pada urutannya oleh dunia Islam dikucilkan dengan label ilmu umum atau sekuler. Sementara itu, dunia Islam lebih semangat mengembangkan ilmu fikih dan tasawuf yang dipandang sebagai inti ilmu keislaman dengan ikon Imam Al-Ghazali yang menulis karya sangat monumental Ihya Ulum al-Din. Memasuki abad modern, di kalangan muslim muncul kerinduan akan kebangkinan kembali peradaban Islam. Namun nampaknya, pendulum sejarah masih berjalan sangat lambat. Atau, dunia luar yang berjalan lebih cepat. Kita memang bisa belajar dari sejarah, tapi kita mungkin bukan murid yang cerdas dari sejarah. Diperlukan aktor dan institusi yang mendesain strategi dan punya peta jalan untuk eksekusinya. Tidak mudah bagi sebuah bangsa yang pernah maju peradabannya âseperti Yunani, Mesir, dan Irak,â untuk bangkit kembali. Bingkai rekonstruksi Mozaffari 1998, ahli politik kelahiran Iran yang saat ini mengajar di Universitas Aarhus Denmark, menawarkan peta jalan untuk membangun kembali peradaban Islam. Baginya, yang dibutuhkan saat ini adalah melakukan rekontruksi sejarah lampau. Rekonstruksi adalah proses intelektual ada elemen lampau di sana yang mesti dipertahankan, tetapi dilengkapi dengan elemen kontekstual sesuai kebutuhan masanya. Konsep ini berbeda dari proses reproduksi yang bersifat mekanistik dan menyalin masa lampau apa adanya untuk dihadirkan lagi. Reproduksi ini akan menjadikan muslim sulit beranjak dari tempatnya, karena hidup di bawah bayang-bayang masa lalu. Dalam strategi rekonstruksi pertanyaannya adalah apa elemen-elemen fundamental masa lampau yang perlu dipertahankan dan apa pula elemen kontektual yang mesti diperhitungkan? Elemen lampau Ada elemen lampau yang bersifat perenial dan dapat kita lacak kembali pada masa awal Islam serta pada ajaran dasarnya. Pertama, semangat tauhid, sikap berserah diri sepenuhnya kepada Allah Sang Pencipta. Kesadaran ini, jika dimaknai dengan baik, akan menjadi sumber energi abadi. Kesadaran ini pula yang mengantarkan kita pada pemahaman bahwa Islam tidak hanya hadir sebagai rahmat bagi kaum muslim, tetapi bagi semesta alam. Elemen kedua yang harus terus dikawal nilai kemanusiaan universal. Pesan universalisme Islam perlu dilantangkan. Inilah nilai yang menjadikan Islam dapat diterima dengan baik oleh banyak kalangan karena sifatnya yang inklusif dan apresiatif pada martabat manusia, apapun latar belakang agama, etnis dan budayanya. Pada abad-abad awal, Islam sudah berkembang melampaui batas-batas etnis dan kawasan yang telah mendorong munculnya peradaban baru di luar tradisi Arab. Ketiga, ekletisisme implementasi ajaran Islam. Islam mengajarkan muslim bersifat terbuka terhadap hal-hal baik. Tentu, ini bukan berarti membuka pintu sinkretisme akidah, tetapi umat Islam bersikap apresiatif terhadap peradaban baru yang dijumpainya di mana pun mereka berada. Dalam konteks ini terjadi proses kreatif-dialektis antara âislamisasi nilai-nilai pribumiâ dan âpribumisasi nilai-nilai Islamâ. Dalam ungkapan lain, berlangsung kontekstualisasi ajaran Islam. Dengan demikian, kehadiran Islam akan dipahami sebagai bagian solusi dari masalah kemanusiaan. Sikap ini pula yang menjadikan saintis muslim pada Zaman Keemasan membuka diri mempelajari pemikiran dari bangsa lain, termasuk Yunani. Warisan filsafat Yunani diterjemahkan ke dalam bahasa Arab, termasuk oleh para sarjana Yahudi dan Kristen yang dipekerjakan pada pusat-pusat peradaban Islam. Sikap ini menunjukkan keterbukaan para saintis muslim saat itu yang penuh percaya diri ketika bertemu dengan dunia luar. Satu poin penting lain yang perlu dicatat adalah bahwa saintis muslim saat itu tidak hanya belajar dari peradaban lain, tetapi juga berkreasi mengembangkan dan memberikan karakter keislaman pada peradaban luar yang dijumpai. Elemen kontekstual Tuntutan zaman senantiasa dinamis dan berubah, sehingga membutuhkan respons dan solusi baru yang kontekstual. Tokoh dan pemikiran besar pada zamannya akan tidak lagi dianggap relevan sebagai respons yang tepat pada zaman yang berbeda. Dalam konteks kekinian, seorang muslim jangan terjebak pada pendekatan reaktif layaknya pemadaman api. Untuk itu ada berapa agenda yang perlu dipertimbangkan matang-matang. Pertama, kalangan muslim perlu mendesain beragam masa depan kolektifnya. Masa depan tidak singular. Terlebih dengan kehadiran teknologi digital yang sangat membantu menghubungkan berbagai informasi yang tadinya tertutup dan tidak tersambung dengan yang lain. Wajah dunia semakin terlihat plural dan saling bersentuhan. Peta jalan dan imajinasi masa depan ini mesti kita bahas bersama secara reflektif-kontemplatif berdasarkan data dan pengalaman sejarah masing-masing bangsa dan negara. Jangan paksakan ide masa depan singular. Keseragaman adalah sebuah utopia yang mengarah ke destopia. Agama dan budaya itu selalu plural. Dalam tubuh dunia Islam pun pluralitas ekspressi politik, budaya dan mazhab merupakan kenyataan. Di sinilah semangat ko-eksistensi perlu dikembangkan dengan menjaga prinsip-prinsip dasar Islam yang menekankan tauhid, kemanusiaan dan semangat membangun peradaban luhur sebagai wujud rahmatan lilâalamin. Kita bangun dan sepakati koridor besar yang akan ditapaki bersama, dan jangan terjebak pada satu garis yang akan sulit mengakomodasi keragaman. Kedua, umat Islam pun harus secara proaktif mengikuti perkembangan mutakhir, termasuk dalam penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. Revolusi senyap yang didorong oleh beragam teknologi modern, seperti kecerdasan buatan, mahadata, Internet of things, dan biologi modern yang melahirkan neurosains, perlu dikuasai. Ini semua adalah kerja kolektif khususnya bagi kalangan intelektual kampus. Mozaffari 1998 dalam bagian lain tulisannya mengusulkan, yang perlu diperjuangkan secara kolektif adalah Islam yang beradab civilized Islam yang hidup berdampingan dengan peradaban dunia lain. Karenanya, peradaban Islam harus mampu berkembang secara konsisten dan memberikan kontribusi yang bermakna untuk peradaban dunia. Berkembangnya pemeluk Islam dari hari ke hari jika tidak diikuti prestasi keilmuan dan kontribusi pada peradaban dunia, akan menjadikan dunia Islam diposisikan pada garis koordinat pinggiran yang tidak produktif, meski secara demografis besar. Sekedar indikator kecil, selama pandemi ini tak ada negara muslim yang ikut berdiri di garis depan memproduksi vaksin untuk ikut serta mengatasi problem kemanusiaan. Yang sering terdengar justru konflik sesama mereka yang menyedot energi sangat besar. Tulisan ini dibuat bersama Prof. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia, dan sudah diterbitkan di Republika pada 7 Juli 2021.
sebagai sebuah karya peradaban mutakhir